Akhirnya ITJazz Live Music 2 berhasil digelar dengan sukses, walaupun tidak lepas dari cacat. Ya namanya juga belajar, kalo ga ada salah ya gak belajar.
Reportase ini berkisar soal acara Live Music aja, dan gak ngomongin tentang Sarasehannya, persiapan atau pasca acara...
ITJazz Live Music 2 dibuka oleh MC Ay dan Hasna. Acara terlambat sekitar 1 jam, dikarenakan settingan ampli dkk serta speaker yang ribet.
Live Music Dimulai dengan Penampilan Tesla dan Bayu Kristanto, yang membawakan 1 buah lagu dari Al Di Meola feat. Chick Corea yakni "Short Tales of the Black Forest". Lalu dilanjutkan dengan penampilan Bye Bye. Bye Bye yang dimotori oleh Bayu Pratomo (gitar) dan Bayu Kristanto (keyboard), serta didukung oleh Mika (gitar), Junot (drum) dan Adieb (bass) tampil dengan membawakan lagu "The Passion That Haunts Me" karya Bayu Pratomo dan "Agua De Beber" karya Antonio Carlos Jobim. Penampilan yang lumayan rapih pada lagu pertama, tetapi mereka mulai kedodoran di lagu kedua, lebih banyak disebabkan oleh Kecapaian dan ampli gitar yang nyala-mati.
Lalu Mahesa mengisi penampilan kedua. Band asal SMA 2 panduan Pak Wing ini mendapat dukungan dari Gega, musisi muda Jazz Bandung pada Bass. Walaupun semua anggota band kecuali Gega adalah anak SMA, mereka bermain dengan sangat rapih !!! Mereka membawakan lagu "Au Privave" karya Charlie Parker, lagu jazz standard "Summertime" dan lagu Earth Wind And Fire "Getaway"
Penampilan ke3 adalah Rendezvous yang terdiri dari Yopie (keyboard), Attar (gitar), Sandhy (Bass) dan Zani (percussion). Penampilan mereka cukup unik, karena selain tampil dengan format akustik, mereka membawa dupa, dan Zani memainkan Cahoon, sebuah alat musik yang berbentuk kotak, kalau sekilas tampak seperti kotak kiriman TIKI JNE. Mereka tampil membawakan "Spain" karya Chick Corea, dan dua lagu sendiri, yakni "For Yours Lovingly" dan "Tembang Katresna".
Setelah Itu tampillah Dayat Le Gateau yang dimotori gitaris berbakat asal Purwakarta, Andri Aditya Hidayat. Mereka membawakan dua buah lagu, satu lagu karya sendiri dan satu lagu Syaharani, "Tersiksa Lagi".
Yang main sebelum bintang tamu utama adalah duet gitar, Pak Krishnan Muhammad dan Tesla Manaf. Mereka berdua memainkan lagu dari Al DI Meola dan John McLaughlin. Benar-benar perpaduan yang sungguh indah. Pak Krishnan memainkan gitar dengan kalem, dan Tesla dengan efek2 gitar anehnya. Pada lagi kedua terjadi kejutan yang luar biasa. Pak Krishnan memainkan gitar MIDI, yang berbentuk seperti mainan. dari gitar tersebut keluar suara2 seperti strings, drum dan bahkan suara keyboard. Sungguh penampilan yang luar biasa.
Yang paling pamungkas adalah penampilan terakhir !! 4 AM Quartet Featuring Bang Riza Arshad !! mereka memainkan 5 buah lagu, dengan memperkosa masterpiece dari Led Zeppelin "Black Dog" dan "Enter Sandman" dari Metallica. Duel Keyboard antara Sony Akbar dan Bang Riza Arshad memang sangat menyayat hati. Apalagi ketika Edward Prasetya memperkosa gitar Ephipone ES-355nya... penonton dibikin takut !! Tak lupa permainan indah dari Chaka dan Edo di bass dan drum membuat malam itu makin mencekam !!!
nantikan lanjutannya dalam saresehan ITJazz Live Music 2
Sabtu, 26 April 2008
Rabu, 23 April 2008
Senin, 21 April 2008
ITJazz What Is Jazz
ITJAZZ 30 November 2007
SEBELUMNYA
Awal November 2007, penulis menerima tawaran Agus Basuni dari wartajazz.com untuk menjadi narasumber pada acara Jazz Dialogue yang akan diselenggarakan di The Cellar pada hari Jumat tanggal 16 November. Acara yang diselenggarakan dalam rangkaian pra acara JakJazz 2007 ini juga akan menampilkan Imel Rosalin, seorang pianis dan vokalis jazz handal kota Bandung, serta Nazar Noe’man, pemilik setasiun radio KLCBS. Tema yang akan diusung adalah What Is Jazz? Acaranya sendiri berlangsung cukup sukses, dalam artian uraian para narasumber dapat sedikit memberikan pengertian lebih jauh tentang apa itu musik jazz.
Sesungguhnya pada hari dan waktu yang bersamaan penulis telah menyanggupi untuk hadir di lingkungan kampus ITB, di mana komunitas jazz setempat; ITJazz, tengah menggelar acara pertunjukan musik jazz sederhana yang diikuti oleh beberapa kelompok yang anggotanya ada di antaranya merupakan mahasiswa ITB. ITJazz adalah usaha sekelompok kecil mahasiswa ITB, baik S1 maupun S2, yang dimotori oleh Prasandhya, seorang anggota aktif KlabJazz sekaligus pemetik bass kelompok jazz asal ITB Sekapur Sirih, yang bertujuan untuk menghimpun para peminat musik jazz di lingkungan kampus ITB, baik itu para mahasiswa, para aktivis akademika maupun para alumni. Hari Jumat sore dipilih sebagai waktu pertemuan berkala setiap minggunya. Tempat yang digunakan adalah sebuah ruang publik bernama “Kantin Bengkok”.
Pertemuan ITJazz minggu berikutnya yang juga dikunjungi penulis, penulis lemparkan ide untuk menyelenggarakan ulang dialog jazz What Is Jazz? Penulis menawarkan diri untuk menjadi pembicara sekaligus mengusahakan kehadiran Imel Rosalin, salah seorang pembicara pada acara Jazz Dialogue di atas, yang juga kebetulan seorang alumnus Arsitektur 1989.
Walau pada awalnya teman-teman di ITJazz agak terkesan ragu-ragu perihal kesiapan mereka dalam penyelenggaraannya, akhirnya disepakati acara ITJazz untuk hari Jumat 30 November 2007 akan menampilkan diskusi jazz What Is Jazz? Bersama narasumber Imel Rosalin dan penulis sendiri. Terlebih lagi setelah penulis memperoleh konfirmasi akan kesediaan dari Imel Rosalin.
Kedekatan penulis dengan Om Yong, seorang veteran pianis jazz pendukung gigih keberadaan KlabJazz, yang juga penyiar acara Warung Kopi Jazz di Radio Mara, berujung pada perolehan waktu temu wicara untuk ITJazz di acara tersebut pada hari Minggu pukul 22.00 hingga 23.00. Dari ITJazz hadir Sandhy, Shendi dan Bayu. Sebagai pendamping Om Yong pada acara siaran reguler jazz tersebut hadir juga Pak Bana Kartasasmita, peminat/pengamat jazz senior yang juga merupakan para kawan-kawan dari Penasihat KlabJazz pertama, almarhum Sudibyo Pr. Secara kebetulan Pak Bana ini pun bukan saja alumni ITB, melainkan juga mantan petinggi ITB (Pembantu Rektor) di masa lampau. Pak Bana sempat memberikan kesediaannya untuk hadir di acara What Is Jazz?, walau sehari sebelum hari penyelenggaraan, karena panggilan tugas ke luar kota, Pak Bana tidak bisa hadir.
PADA HARINYA
Penulis telah siap di Kantin Bengkok pada pukul 15.10, sambil membawa tiga buah banner tokoh jazz nasional, Jack Lesmana, Eddy Karamoy dan Sudibyo PR. Yang terakhir ini pada masa hidupnya dikenal sebagai pengamat, pemerhati jazz nasional, serta tokoh kunci yang mendorong berdirinya KlabJazz di pertengahan tahun 2004.
Saat itu belum terlihat teman-teman dari ITJazz yang penulis kenal. Tidak lama kemudian Kemal/Mika?, disusul Bayu pun hadir sambil membawa perlengkapan kursi-kursi lipat dan perelengkapan tata suara sederhana. Telepon dari Imel pun mengkorfimasi kehadirannya. Karena kendaraan pribadi yang tidak memiliki stiker identitas tidak diperkenankan masuk areal kampus, penulis pun akhirnya menjemput Imel di areal parkir Fakultas Seni Rupa & Desain. Imel tampak kuyu. Mungkin karena menangkap pandangan penulis, tanpa ditanya Imel menerangkan bahwa sejak kembali dari Jakarta sehari sebelumnya waktunya benar-benar begitu ketat; malamnya ada jadwal latihan bersama Rudy Aru, dan paginya harus tampil bermain di acara pernikahan salah seorang anggota dari keluarga besarnya dari suku Batak.
Untuk acara ini penulis telah menyiapkan secara khusus rangkaian rekaman mp3 (sebanyak 60an) untuk digunakan sebagai ilustrasi musik melengkapi uraian sejarah musik jazz. Mp3 yang disiapkan telah disusun secara runtut sesuai dengan era kelahiran ragam aliran yang memperkaya “pohon” jazz hingga saat ini. Mulai dari “The Entertainer”nya karya Scott Joplin hingga “Long Gone Tutu” dari album bersama Goerge Benson dan Al Jarreau.
Setelah Sandhy hadir dengan perangkat laptop dan mixer rekaman, pukul 16.120, diiringi siraman hujan yang cukup deras yang nyaris menutup suara p.a. system, acara pun dimulai. Diawali dengan pembukaan oleh Sandhy sebagai Sang Koordinator ITJazz, penulis mulai menguraikan sejarah jazz; Afrika Barat, daratan Amerika Utara, kulit putih, perbudakan kulit hitam, creole, New Orleans, bordil, professor ragtime, blues delta Mississippi, gospel, swing, big band, bebop, perlawanan pemusik yang jenuh dengan aliran lama yang dianggap stagnan, cool jazz, Brasil, bossanova, hardbop, jazzrock fusion, fusion, fusion pop, smoothjazz, acid jazz, jazz groove, nu jazz, pohon jazz dll. Beberapa mp3 yang sempat diputar selain yang telah disebutkan di atas di antaranya; “Strut That Thing” dari Cripple Clarence Lotton dan “Crow Jane” dari Carl Martin (untuk musik blues), “Anything Goes” dari Count Basi Orch. Feat Tony Bennett (swing/bigband), “Ah-Leu-Cha” dari Miles Davis dan “Giant Step” dari John Coltrane (bebop), “Time On My Hands (You In My Arms)” dari Chet Baker (cool jazz), “The Girls From Ipanema” dari Stan Getz/Joao Gilberto (bossanova) dan “Carnaval” dari Lisa Ono (bossanova era modern), “Spanish Key” dari Miles Davis (jazzrock fusion), “Electric City” Chick Corea’s Elektik Band (fusion), “Time Is Moving On” dari Donald Byrd with Guru and Ronny Jordan (acid jazz), “Überjam” dari John Scofield Band (jazz groove), dan beberapa rekaman masa kini dari Dee Dee Bridgewater dan George Benson & Al Jarreau. Tanpa sadar penulis bicara hampir menyita waktu 60 menit. Walau hujan telah berhenti, namun hari telah terasa begitu cepat karena kegelapan hampir menerpa Kantin Bengkok yang memang tidak memiliki penerangan. Beberapa lampu dinding tampak menghiasi 6 buah pilar yang ada, namun untuk menghidupkannya konon perlu ijin tertulis khusus untuk itu (beberapa bulan terakhir ini suasana kampus ITB lepas Maghrib memang gelap mencengkam, menyusul kebijakan rektorat yang mengurangi lampu penerangan kampus di waktu malam demi “penghematan”).
Imel Rosalin mencoba mengurai jazz dari sudut unsur-unsur/elemennya; phrasing/sound, aransemen, melody (horizontal), harmony (vertikal), blue notes/blues, swing, rhythm Afrika dan improvisasi. Pengalaman bermain Imel Rosalin yang penurut pengakuannya baru bermain jazz di tahun 2002 ternyata cukup memperkaya uraian-uraian yang agak sedikit ilmiah tersebut. Saat sampai menceritakan elemen swing, Imel menceritakan betapa ia sempat “mengkarantina” telinganya dari musik-musik lain selain jazz. Hal tersebut dilakukan dalam upaya “meraih” kemampuan menangkap esensi dari apa yang disebut “swing”. Hal mana bagi orang Amerika keturunan Afrika telah mengendap dalam diri mereka secara “otomatis” sejak lahir.
Sebelum diakhiri, Sandhy sempat memberikan kesempatan seorang pengunjung untuk bertanya.
SEBELUMNYA
Awal November 2007, penulis menerima tawaran Agus Basuni dari wartajazz.com untuk menjadi narasumber pada acara Jazz Dialogue yang akan diselenggarakan di The Cellar pada hari Jumat tanggal 16 November. Acara yang diselenggarakan dalam rangkaian pra acara JakJazz 2007 ini juga akan menampilkan Imel Rosalin, seorang pianis dan vokalis jazz handal kota Bandung, serta Nazar Noe’man, pemilik setasiun radio KLCBS. Tema yang akan diusung adalah What Is Jazz? Acaranya sendiri berlangsung cukup sukses, dalam artian uraian para narasumber dapat sedikit memberikan pengertian lebih jauh tentang apa itu musik jazz.
Sesungguhnya pada hari dan waktu yang bersamaan penulis telah menyanggupi untuk hadir di lingkungan kampus ITB, di mana komunitas jazz setempat; ITJazz, tengah menggelar acara pertunjukan musik jazz sederhana yang diikuti oleh beberapa kelompok yang anggotanya ada di antaranya merupakan mahasiswa ITB. ITJazz adalah usaha sekelompok kecil mahasiswa ITB, baik S1 maupun S2, yang dimotori oleh Prasandhya, seorang anggota aktif KlabJazz sekaligus pemetik bass kelompok jazz asal ITB Sekapur Sirih, yang bertujuan untuk menghimpun para peminat musik jazz di lingkungan kampus ITB, baik itu para mahasiswa, para aktivis akademika maupun para alumni. Hari Jumat sore dipilih sebagai waktu pertemuan berkala setiap minggunya. Tempat yang digunakan adalah sebuah ruang publik bernama “Kantin Bengkok”.
Pertemuan ITJazz minggu berikutnya yang juga dikunjungi penulis, penulis lemparkan ide untuk menyelenggarakan ulang dialog jazz What Is Jazz? Penulis menawarkan diri untuk menjadi pembicara sekaligus mengusahakan kehadiran Imel Rosalin, salah seorang pembicara pada acara Jazz Dialogue di atas, yang juga kebetulan seorang alumnus Arsitektur 1989.
Walau pada awalnya teman-teman di ITJazz agak terkesan ragu-ragu perihal kesiapan mereka dalam penyelenggaraannya, akhirnya disepakati acara ITJazz untuk hari Jumat 30 November 2007 akan menampilkan diskusi jazz What Is Jazz? Bersama narasumber Imel Rosalin dan penulis sendiri. Terlebih lagi setelah penulis memperoleh konfirmasi akan kesediaan dari Imel Rosalin.
Kedekatan penulis dengan Om Yong, seorang veteran pianis jazz pendukung gigih keberadaan KlabJazz, yang juga penyiar acara Warung Kopi Jazz di Radio Mara, berujung pada perolehan waktu temu wicara untuk ITJazz di acara tersebut pada hari Minggu pukul 22.00 hingga 23.00. Dari ITJazz hadir Sandhy, Shendi dan Bayu. Sebagai pendamping Om Yong pada acara siaran reguler jazz tersebut hadir juga Pak Bana Kartasasmita, peminat/pengamat jazz senior yang juga merupakan para kawan-kawan dari Penasihat KlabJazz pertama, almarhum Sudibyo Pr. Secara kebetulan Pak Bana ini pun bukan saja alumni ITB, melainkan juga mantan petinggi ITB (Pembantu Rektor) di masa lampau. Pak Bana sempat memberikan kesediaannya untuk hadir di acara What Is Jazz?, walau sehari sebelum hari penyelenggaraan, karena panggilan tugas ke luar kota, Pak Bana tidak bisa hadir.
PADA HARINYA
Penulis telah siap di Kantin Bengkok pada pukul 15.10, sambil membawa tiga buah banner tokoh jazz nasional, Jack Lesmana, Eddy Karamoy dan Sudibyo PR. Yang terakhir ini pada masa hidupnya dikenal sebagai pengamat, pemerhati jazz nasional, serta tokoh kunci yang mendorong berdirinya KlabJazz di pertengahan tahun 2004.
Saat itu belum terlihat teman-teman dari ITJazz yang penulis kenal. Tidak lama kemudian Kemal/Mika?, disusul Bayu pun hadir sambil membawa perlengkapan kursi-kursi lipat dan perelengkapan tata suara sederhana. Telepon dari Imel pun mengkorfimasi kehadirannya. Karena kendaraan pribadi yang tidak memiliki stiker identitas tidak diperkenankan masuk areal kampus, penulis pun akhirnya menjemput Imel di areal parkir Fakultas Seni Rupa & Desain. Imel tampak kuyu. Mungkin karena menangkap pandangan penulis, tanpa ditanya Imel menerangkan bahwa sejak kembali dari Jakarta sehari sebelumnya waktunya benar-benar begitu ketat; malamnya ada jadwal latihan bersama Rudy Aru, dan paginya harus tampil bermain di acara pernikahan salah seorang anggota dari keluarga besarnya dari suku Batak.
Untuk acara ini penulis telah menyiapkan secara khusus rangkaian rekaman mp3 (sebanyak 60an) untuk digunakan sebagai ilustrasi musik melengkapi uraian sejarah musik jazz. Mp3 yang disiapkan telah disusun secara runtut sesuai dengan era kelahiran ragam aliran yang memperkaya “pohon” jazz hingga saat ini. Mulai dari “The Entertainer”nya karya Scott Joplin hingga “Long Gone Tutu” dari album bersama Goerge Benson dan Al Jarreau.
Setelah Sandhy hadir dengan perangkat laptop dan mixer rekaman, pukul 16.120, diiringi siraman hujan yang cukup deras yang nyaris menutup suara p.a. system, acara pun dimulai. Diawali dengan pembukaan oleh Sandhy sebagai Sang Koordinator ITJazz, penulis mulai menguraikan sejarah jazz; Afrika Barat, daratan Amerika Utara, kulit putih, perbudakan kulit hitam, creole, New Orleans, bordil, professor ragtime, blues delta Mississippi, gospel, swing, big band, bebop, perlawanan pemusik yang jenuh dengan aliran lama yang dianggap stagnan, cool jazz, Brasil, bossanova, hardbop, jazzrock fusion, fusion, fusion pop, smoothjazz, acid jazz, jazz groove, nu jazz, pohon jazz dll. Beberapa mp3 yang sempat diputar selain yang telah disebutkan di atas di antaranya; “Strut That Thing” dari Cripple Clarence Lotton dan “Crow Jane” dari Carl Martin (untuk musik blues), “Anything Goes” dari Count Basi Orch. Feat Tony Bennett (swing/bigband), “Ah-Leu-Cha” dari Miles Davis dan “Giant Step” dari John Coltrane (bebop), “Time On My Hands (You In My Arms)” dari Chet Baker (cool jazz), “The Girls From Ipanema” dari Stan Getz/Joao Gilberto (bossanova) dan “Carnaval” dari Lisa Ono (bossanova era modern), “Spanish Key” dari Miles Davis (jazzrock fusion), “Electric City” Chick Corea’s Elektik Band (fusion), “Time Is Moving On” dari Donald Byrd with Guru and Ronny Jordan (acid jazz), “Überjam” dari John Scofield Band (jazz groove), dan beberapa rekaman masa kini dari Dee Dee Bridgewater dan George Benson & Al Jarreau. Tanpa sadar penulis bicara hampir menyita waktu 60 menit. Walau hujan telah berhenti, namun hari telah terasa begitu cepat karena kegelapan hampir menerpa Kantin Bengkok yang memang tidak memiliki penerangan. Beberapa lampu dinding tampak menghiasi 6 buah pilar yang ada, namun untuk menghidupkannya konon perlu ijin tertulis khusus untuk itu (beberapa bulan terakhir ini suasana kampus ITB lepas Maghrib memang gelap mencengkam, menyusul kebijakan rektorat yang mengurangi lampu penerangan kampus di waktu malam demi “penghematan”).
Imel Rosalin mencoba mengurai jazz dari sudut unsur-unsur/elemennya; phrasing/sound, aransemen, melody (horizontal), harmony (vertikal), blue notes/blues, swing, rhythm Afrika dan improvisasi. Pengalaman bermain Imel Rosalin yang penurut pengakuannya baru bermain jazz di tahun 2002 ternyata cukup memperkaya uraian-uraian yang agak sedikit ilmiah tersebut. Saat sampai menceritakan elemen swing, Imel menceritakan betapa ia sempat “mengkarantina” telinganya dari musik-musik lain selain jazz. Hal tersebut dilakukan dalam upaya “meraih” kemampuan menangkap esensi dari apa yang disebut “swing”. Hal mana bagi orang Amerika keturunan Afrika telah mengendap dalam diri mereka secara “otomatis” sejak lahir.
Sebelum diakhiri, Sandhy sempat memberikan kesempatan seorang pengunjung untuk bertanya.
Rabu, 09 April 2008
Jazz Break : Revival, Bumi Sangkuriang, 9 April 2008
Acara ini merupakan acara yang digelar untuk kembali membangkitkan acara Jazz Break di Bumi Sangkuriang yang sempat vakum beberapa tahun. Pengisi acaranya adalah Jonathan Godjali Quartet, Sekapur Sirih dan Bop Vivant.
Acara dibuka oleh Jonathan Godjali Quartet, salah seorang wonder kid yang bermain piano. Beberapa Komposisi Jazz standard seperti Misty dan Spain dimainkan dengan lincah oleh jari-jari Jonathan.
Sekapur sirih menguasai panggung sehabis Jonathan Godjali. Mereka memainkan lagu2 sendiri, dengan urutan : Alamanda, Don't Worry, Nuansa dan Midnight. Tidak seperti biasanya, malam itu mereka tidak main cukup lama. Tetapi tetap saja penampilan mereka prima malam itu. Credit pada lagu Nuansa, lagu ini akan menjadi Midnight baru di ITJazz.
Acara kemudian ditutup oleh Bop Vivant yang dimotori oleh David Manutuhu, salah seorang wonderkid juga. Penampilan beliau sungguh Luar Angkasa. Anak dari Oom Vence Manuhutu ini terlihat sangat menguasai panggung, bahkan sampai mau ekspansi daerah kekuasaan sampai ke ciumbulueit bawah.
Malam itu terbayar dengan kepuasan melihat para virtuoso bermain di panggung yang kecil namun intim tersebut.
Acara dibuka oleh Jonathan Godjali Quartet, salah seorang wonder kid yang bermain piano. Beberapa Komposisi Jazz standard seperti Misty dan Spain dimainkan dengan lincah oleh jari-jari Jonathan.
Sekapur sirih menguasai panggung sehabis Jonathan Godjali. Mereka memainkan lagu2 sendiri, dengan urutan : Alamanda, Don't Worry, Nuansa dan Midnight. Tidak seperti biasanya, malam itu mereka tidak main cukup lama. Tetapi tetap saja penampilan mereka prima malam itu. Credit pada lagu Nuansa, lagu ini akan menjadi Midnight baru di ITJazz.
Acara kemudian ditutup oleh Bop Vivant yang dimotori oleh David Manutuhu, salah seorang wonderkid juga. Penampilan beliau sungguh Luar Angkasa. Anak dari Oom Vence Manuhutu ini terlihat sangat menguasai panggung, bahkan sampai mau ekspansi daerah kekuasaan sampai ke ciumbulueit bawah.
Malam itu terbayar dengan kepuasan melihat para virtuoso bermain di panggung yang kecil namun intim tersebut.
Tambang Expo, 9 April 2008
Pada acara tersebut ITJazz diminta untuk mengisi acara hiburan. Kami bermain pukul 10 pagi, setelah pembukaan oleh marching band. Personel yang mengisi adalah Mas Bayu Pratomo pada gitar dan Mas Bayu Kristianto pada keyboard. Selain itu, mereka dibantu oleh Mbak Shana pada biola, Mas Tesla Manaf pada gitar dan Mas Nugroho pada gitar.
Sesi ITJazz dibuka oleh Mas Bayu Pratomo, Mas Bayu Kristiano dan Mbak Shana. Mereka memainkan Lagu Georgy Porgy (TOTO) dan The Passion That Haunts Me karya Mas Bayu Pratomo.
Selesai mereka bermain, tiba giliran Mas Tesla dan Mas Nugroho, mereka memainkan lagu Klasik dan Lagu Chick Corea.
Sesi ditutup dengan penampilan luar biasa oleh Mas Tesla dan Mas Bayu Krisitanto. Mereka membawakan lagu Short Tales of the Black Forest dari Al Di Meola feat Chick Corea. Di tengah2 lagu tersebut mereka menyelipkan Lagu Spain dari Chick Corea, Pandangan Pertamanya RAN, Midnightnya Sekapur Sirih, Lagu doraemon, spongebob dan beberapa lagu nasional serta lagu pop. Penampilan yang luar biasa dari Mas Bayu Kristianto dan Mas Tesla Manaf
Sesi ITJazz dibuka oleh Mas Bayu Pratomo, Mas Bayu Kristiano dan Mbak Shana. Mereka memainkan Lagu Georgy Porgy (TOTO) dan The Passion That Haunts Me karya Mas Bayu Pratomo.
Selesai mereka bermain, tiba giliran Mas Tesla dan Mas Nugroho, mereka memainkan lagu Klasik dan Lagu Chick Corea.
Sesi ditutup dengan penampilan luar biasa oleh Mas Tesla dan Mas Bayu Krisitanto. Mereka membawakan lagu Short Tales of the Black Forest dari Al Di Meola feat Chick Corea. Di tengah2 lagu tersebut mereka menyelipkan Lagu Spain dari Chick Corea, Pandangan Pertamanya RAN, Midnightnya Sekapur Sirih, Lagu doraemon, spongebob dan beberapa lagu nasional serta lagu pop. Penampilan yang luar biasa dari Mas Bayu Kristianto dan Mas Tesla Manaf
Minggu, 06 April 2008
Jumat, 4 April 2008, Hari yang melelahkan
Setelah berlatih di kosan Mas Bayu Kristianto, maka saya meluncur ke ITB untuk menghadiri pertemuan ITJazz. Disana sudah berkumpul teman2, seperti biasa. Tak terkecuali Mas Sandhy, basis sekapur sirih yang pada malam itu akan melakukan pertunjukkan di Kafe Embargo, Paris Van Java.
Setelah rapat soal ITJazz Live Music, maka kami berpisah. Saya berencana untuk menonton Workshop Tabla di Jendela Ide, Sabuga. Di pamfletnya bertuliskan featurin Karinding Collaborative Project, dan yang saya dengar dari Mas Tesla (gitaris karinding) bahwa karinding akan bermain disana.
Jam 6 masih sepi di sabuga, saya menunggu sendirian sampai Mas Shendi datang dan menemani saya menonton workshop tabla. Tak berapa lama Mas Bayu Kristianto datang dan kami menonton bertiga, tapi karinding yang ditungu tak main juga, karena memang tidak begitu formatnya, bukan ormat pertunjukkan. jadi masing2 pemain nge-jam bersama si pemain tabla asal india.......
Ya sudah, jam 9 kami meluncur ke PVJ untuk menonton Sekapur Sirih di PVJ, bersama Mas Tesla.
Sampai disana Sekapur Sirih baru akan bermain. Kami menonton sambil berdiri di dekat tempat parkir, karena bila kami duduk maka kami terkena kewajiban harus beli minum dan makan yang untuk kantong kami termasuk mahal.
Malam itu penampilan mereka prima, Sekapur Sirih, yang terdiri dari Mas Lukman (drum), Mas Shandy (bass), Mas Andre (gitar), Mas Agung (keys) dan Mas Keke (gitar) membuka pertunjukkan dengan midnight (kami suka sekali lagu ini sampai2 hapal sinkopasinya) dan ditutup oleh lagu alamanda.
Highlight untuk mereka berada pada lagu So Long, Assayake (casiopea) dan Rio funk (lee ritenour). Terutama pada Rio funk dimana masing2 personel di beri waktu untuk unjuk diri, yang membuat kami tertawa karena ketika Mas Sandhy melakukan solo Mas keke dan Mas Andre keliar dari panggung dan bergabung bersama penonton.
singkat cerita, hari jumat kemari hari yang melelahkan........
(oleh Bayu Pratomo)
Setelah rapat soal ITJazz Live Music, maka kami berpisah. Saya berencana untuk menonton Workshop Tabla di Jendela Ide, Sabuga. Di pamfletnya bertuliskan featurin Karinding Collaborative Project, dan yang saya dengar dari Mas Tesla (gitaris karinding) bahwa karinding akan bermain disana.
Jam 6 masih sepi di sabuga, saya menunggu sendirian sampai Mas Shendi datang dan menemani saya menonton workshop tabla. Tak berapa lama Mas Bayu Kristianto datang dan kami menonton bertiga, tapi karinding yang ditungu tak main juga, karena memang tidak begitu formatnya, bukan ormat pertunjukkan. jadi masing2 pemain nge-jam bersama si pemain tabla asal india.......
Ya sudah, jam 9 kami meluncur ke PVJ untuk menonton Sekapur Sirih di PVJ, bersama Mas Tesla.
Sampai disana Sekapur Sirih baru akan bermain. Kami menonton sambil berdiri di dekat tempat parkir, karena bila kami duduk maka kami terkena kewajiban harus beli minum dan makan yang untuk kantong kami termasuk mahal.
Malam itu penampilan mereka prima, Sekapur Sirih, yang terdiri dari Mas Lukman (drum), Mas Shandy (bass), Mas Andre (gitar), Mas Agung (keys) dan Mas Keke (gitar) membuka pertunjukkan dengan midnight (kami suka sekali lagu ini sampai2 hapal sinkopasinya) dan ditutup oleh lagu alamanda.
Highlight untuk mereka berada pada lagu So Long, Assayake (casiopea) dan Rio funk (lee ritenour). Terutama pada Rio funk dimana masing2 personel di beri waktu untuk unjuk diri, yang membuat kami tertawa karena ketika Mas Sandhy melakukan solo Mas keke dan Mas Andre keliar dari panggung dan bergabung bersama penonton.
singkat cerita, hari jumat kemari hari yang melelahkan........
(oleh Bayu Pratomo)
Langganan:
Postingan (Atom)