Seperti biasa, kami akan mereportase acara Jazz Break Revival di Bumi Sangkuriang yang telah dilaksanakan pada tanggal 7 maret kemarin. Band-band yang tampil adalah Bye Bye, Mr Lazy, Vassagie dan Tanpa Mana.
Penampilan pertama dibuka oleh Bye Bye, mereka tampil dengan memabawakan irama swing dan bossa. 4 buah lagu mereka bawakan malam itu, yakni Lagu ciptaan sendiri, "The Passion That Haunts Me", lagu Mozart, yang dibuat berirama swing, "Turkish March", "Spiderman" dari Bob Harris dan "Agua De Beber" dari Antonio Carlos Jobim. Bayu Pratomo, Bayu Kristanto, Adieb Haryadi, Mikael Martin dan Junot De Oyong berhasil membawakan komposisi-komposisi yang rapih pada malam itu.
Setelah penampilan mereka, ada penampilan duo Bayu Kristanto dan Tesla Manaf, yang seperti biasa membawakan lagu "Short Tales of The Black Forest", lagu dari Al Di Meola. dan seperti biasa juga terjadi battle lagu diantara mereka berdua.
Setelah itu tampilah Mr Lazy dari Unpar. Band beraliran Fusion Pop ini , seperti biasa tampil rapih dan catchy. Mereka membawakan lagu-lagu khas Fusion dari Casiopea "Assayake", dan "Rio Funk" dari Lee Ritenour. Tak lupa malam itu Dilan sang vokalis/gitaris menyanyikan lagu dari Parkdrive dan Syaharani. Basis mereka, Marcel pun menunjukkan kemampuannnya dalam lagu Marcus Miller, "Run For Cover"
Setelah Mr Lazy tampillah Vassagie dari UPI. Mereka menampilkan permainan bop fusion yang rapih. Jalu sang basis yang juga dikenal sebagai basis Karinding Collaborative Project dan Bad Boyz Blues tampil dengan energik, menghadirkan permainan yang funky.
Acara malam itu ditutup dengan penampilan Tanpa Mana yang membawakan lagu-lagu disco/soul. 4 buah lagu mereka bawakan, yakni "Love Fooloshophy" dari Jamiroquai, "Let's Groove" dari EWF, "Bring It Back" dari Gary Barlow dan "Fall into My Love". Sang Kibordis malam itu tampil dengan energik, juga permainan synthesizer yang apik.
Kamis, 08 Mei 2008
Sabtu, 03 Mei 2008
Jazz Break Revival dan Jazz depot 4
berita dari wartajazz.com (http://www.wartajazz.com/news/news020508.html):
Sukses dengan Jazz Break Perdana, kembali hadir di bulan Mei 2008
JAZZ BREAK >>REVIVAL<< SPECIAL CAMPUS JAZZ TALENT DI BANDUNG
Sukses dengan kegiatan Jazz Break yang pertama bulan April lalu, kembali Klab Jazz Bandung bekerjasama dengan Wartajazz.com dan Balai Pertemuan Bumi Sangkuriang - Bandung akan menyelenggarakan tradisi pertunjukan musik bulanan di Bumi Sangkuriang, bertajuk Jazz Break >>Revival<< Special Campus Jazz Talent
Acara ini akan pesanggrahan (sport house) berarsitektur Belanda ternama di kota Bandung, Bumi Sangkuriang. dengan menampilkan empat grup dari lingkungan kampus perguruan tinggi yaitu Bye Bye [fusion - ITB], Mr. Lazy [fusion pop- UNPAR], Tanpa Mana [Groove - UNPAD] dan Vassagie [bop/fusion - UPI].
Acara digelar pada hari Rabu, 7 Mei 2008 bertempat di Balai Pertemuan Bumi Sangkuriang, Jl. Kiputih no. 12 Bandung. Mulai pukul 19.00 – 23.00 dan tidak dipungut biaya alias gratis. Anda hanya diminta mengisi data pribadi dan mendaftar kepada Niman dari Klab Jazz. Silakan menghubungi 08172388862 atau 022-91680396.
***
Selain menggelar Jazz Break, Klab Jazz Bandung juga akan menggelar "Road to Kampoeng Jazz" bekerjasama dengan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran dan akan menampilkan: Gilang Ramadhan & Friends, 4 AM Quartet, Soulvibe, Bop Vivant, Oleo, Cantalope, Find The Key dan RMK [SMA 2 Cimahi] pada hari Minggu tanggal 11 Mei 2008.
Juga “JAZZ DEPOT IV” yang bertempat di Rumah Musik Harry Roesli pada Minggu 25 Mei 2008 yang akan menampilkan: The Statement, Bop Vivant, Bye Bye (ITB), Vassagie (UPI), Para Metta, Mahesa (SMA 2 Bdg.), RMK (SMA 2 Cimahi), JavaLava, Tanpa Mana (UNPAD), Find The Key, Cantalope & Rakabitor (IMI Jkt - dalam konfirmasi -red)
KlabJazz adalah sebuah perkumpulan/klab nirlaba (non profit) yang berkecimpung dalam usaha memasyarakatkan musik jazz melalui beragam kegiatan, di antaranya; Pertemuan Mingguan setiap hari Minggu sore untuk apresiasi musik jazz, yang hingga saat ini telah diisi dengan pemutaran video-video jazz, diskusi musik jazz yang dibantu oleh seorang pakar jazz nasional, alm. Bapak Sudibyo PR, dan penyelenggaraan beberapa pertunjukan musik jazz.
Sudah banyak kegiatan yang digelar oleh Klab Jazz. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan musik jazz di tanah air khususnya Bandung. (*/Agus Setiawan Basuni/ Wartajazz.com)
Sukses dengan Jazz Break Perdana, kembali hadir di bulan Mei 2008
JAZZ BREAK >>REVIVAL<< SPECIAL CAMPUS JAZZ TALENT DI BANDUNG
Sukses dengan kegiatan Jazz Break yang pertama bulan April lalu, kembali Klab Jazz Bandung bekerjasama dengan Wartajazz.com dan Balai Pertemuan Bumi Sangkuriang - Bandung akan menyelenggarakan tradisi pertunjukan musik bulanan di Bumi Sangkuriang, bertajuk Jazz Break >>Revival<< Special Campus Jazz Talent
Acara ini akan pesanggrahan (sport house) berarsitektur Belanda ternama di kota Bandung, Bumi Sangkuriang. dengan menampilkan empat grup dari lingkungan kampus perguruan tinggi yaitu Bye Bye [fusion - ITB], Mr. Lazy [fusion pop- UNPAR], Tanpa Mana [Groove - UNPAD] dan Vassagie [bop/fusion - UPI].
Acara digelar pada hari Rabu, 7 Mei 2008 bertempat di Balai Pertemuan Bumi Sangkuriang, Jl. Kiputih no. 12 Bandung. Mulai pukul 19.00 – 23.00 dan tidak dipungut biaya alias gratis. Anda hanya diminta mengisi data pribadi dan mendaftar kepada Niman dari Klab Jazz. Silakan menghubungi 08172388862 atau 022-91680396.
***
Selain menggelar Jazz Break, Klab Jazz Bandung juga akan menggelar "Road to Kampoeng Jazz" bekerjasama dengan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran dan akan menampilkan: Gilang Ramadhan & Friends, 4 AM Quartet, Soulvibe, Bop Vivant, Oleo, Cantalope, Find The Key dan RMK [SMA 2 Cimahi] pada hari Minggu tanggal 11 Mei 2008.
Juga “JAZZ DEPOT IV” yang bertempat di Rumah Musik Harry Roesli pada Minggu 25 Mei 2008 yang akan menampilkan: The Statement, Bop Vivant, Bye Bye (ITB), Vassagie (UPI), Para Metta, Mahesa (SMA 2 Bdg.), RMK (SMA 2 Cimahi), JavaLava, Tanpa Mana (UNPAD), Find The Key, Cantalope & Rakabitor (IMI Jkt - dalam konfirmasi -red)
KlabJazz adalah sebuah perkumpulan/klab nirlaba (non profit) yang berkecimpung dalam usaha memasyarakatkan musik jazz melalui beragam kegiatan, di antaranya; Pertemuan Mingguan setiap hari Minggu sore untuk apresiasi musik jazz, yang hingga saat ini telah diisi dengan pemutaran video-video jazz, diskusi musik jazz yang dibantu oleh seorang pakar jazz nasional, alm. Bapak Sudibyo PR, dan penyelenggaraan beberapa pertunjukan musik jazz.
Sudah banyak kegiatan yang digelar oleh Klab Jazz. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan musik jazz di tanah air khususnya Bandung. (*/Agus Setiawan Basuni/ Wartajazz.com)
Jazz Talk ITJazz Live Music 2
Setelah dibuka oleh MC AY dan Hasna, dan dilanjutkan oleh penampilan Bye2 + Tesla, Jazz Talk dimulai
Sesi 1 : Iklim Jazz di ITB
Pak Bana Kartasasmita, analis jazz asal ITB menjadi pembicara pertama. Dia pun menjelaskan tentang iklim jazz di ITB ini, bagaimana iklim kampus ITB sangat bersahabat untuk music jazz. Karena menurutnya Iklim ITB memberikan kebebasan orang untuk berekspresi, Dan pada waktu itu, di selasar LFM, sering mahasiswa-mahasiswa ITB mengadakan konser music jazz. Keluarga Lesmana, yang tinggal di dekat ITB pun sering bergabung di konser tersebut. Pada waktu itu pun banyak anak-anak muda yang sering bertandang ke rumah keluarga Lesmana, untuk sekadar bermain, mendengarkan music jazz ataupun berdiskusi. Mahasiswa2 dari luar kota, karena kebebasan iklim intelektual dan akademisi yang baik di ITB pun bermain jazz. Sebagai mahasiswa maka mereka bermain music dengan segala kebebasan dan menumbuhkan trend music baru di kalangan kampus. Para dosen pun ikut berperan, walau hanya di balik layar. Karena sudah tradisi di ITB lah kalau mahasiswa adalah pelopor dalam menumbuhkan budaya dan kesenian di ITB. Tak lupa beliau menjelaskan singkat tentang Alm. Bpk Sudibyo PR, dosen arsitektur yang dimasa mudanya seorang pemain tenor saksofon. Dan juga prestasi Mbak Imel Rosalin seorang pianis jazz lulusan arsitektur ITB. Tak lupa di akhir sesi Pak Bana berpesan agar band-band jazz yang tumbuh dari unit2 untuk bermain bersama, dan ajakan untuk lebih sering mendengarkan jazz.
Setelah Pak Bana member penjelasan dan wejangan, MC memanggil seorang penonton, yakni Erwin anak Arsitektur. Beliau berkata kalau beliau merasa bersalah karena tidak meneruskan usaha para pelopor jazz ITB yang berasal dari Arsitektur ITB.
Sesi kedua : Sejarah pertunjukkan Jazz di ITB dan organisasi Jazz kampus
Pembicara pada sesi kedua ini adalah Mas Niman dan Pak Bana. Bagaimana dulu sebelum terbentuknya après, ada organisasi di luar PR 3 alias komunitas yakni Klub Jazz ITB yang sering mengadakan pertunjukkan jazz dan berambisi untuk melaksanakan festival jazz di ITB. Oleh karena itu setelah mengadakan Ganesha Jazz Event yang pertama pada tahun 92, mereka lalu bertransformasi menjadi unit après itb yang juga digerakkan oleh Pak Dib. Mas Niman pun mengatakan bahwa dahulu GJE menjadi ajang lahirnya musisi2 jazz ternama tanah air yang sekarang telah menjadi legenda. Mereka pun mengatakn bahwa jazz yang lahir di kampus lebih banyak ragamnya dan memiliki kreativitas yang tinggi karena intelektualitas mahasiswa yang bermain jazz disini ikut meng-influence music jazz yang mereka mainkan. Pak Bana pun berpesan bahwa ITJazz adalah momen yang tepat untuk kembali membangkitkan Jazz di ITB, dan ajakan kepada semua untuk masuk ke dalam ITJazz dan bermain music di sana.
Sesi 3 : Pendapat Mas Riza Arshad
Sebelum 4 Am Quartet bermain, MC mewawancarai Mas Riza Arshad, Alumni DKV ITB yang telah menjadi musisi jazz ternama tanah air. Menurut beliau jazz di ITB payah, karena sequencenya timbul tenggelam. Padahal, munurut beliau, ITB adalah pelopor jazz di kampus, bahkan lebih dulu daripada JGTC yang diadakan oleh UI. Beliau menginginkan jazz itb untuk terus konsisten, jangan hit & run. Dan titipan terakhir dari Mas Riza, agar ITJazz terus beregenerasi, jangan sampai ketika para aktivisnya pergi, generasi jazz di ITB terputus.
Sesi 1 : Iklim Jazz di ITB
Pak Bana Kartasasmita, analis jazz asal ITB menjadi pembicara pertama. Dia pun menjelaskan tentang iklim jazz di ITB ini, bagaimana iklim kampus ITB sangat bersahabat untuk music jazz. Karena menurutnya Iklim ITB memberikan kebebasan orang untuk berekspresi, Dan pada waktu itu, di selasar LFM, sering mahasiswa-mahasiswa ITB mengadakan konser music jazz. Keluarga Lesmana, yang tinggal di dekat ITB pun sering bergabung di konser tersebut. Pada waktu itu pun banyak anak-anak muda yang sering bertandang ke rumah keluarga Lesmana, untuk sekadar bermain, mendengarkan music jazz ataupun berdiskusi. Mahasiswa2 dari luar kota, karena kebebasan iklim intelektual dan akademisi yang baik di ITB pun bermain jazz. Sebagai mahasiswa maka mereka bermain music dengan segala kebebasan dan menumbuhkan trend music baru di kalangan kampus. Para dosen pun ikut berperan, walau hanya di balik layar. Karena sudah tradisi di ITB lah kalau mahasiswa adalah pelopor dalam menumbuhkan budaya dan kesenian di ITB. Tak lupa beliau menjelaskan singkat tentang Alm. Bpk Sudibyo PR, dosen arsitektur yang dimasa mudanya seorang pemain tenor saksofon. Dan juga prestasi Mbak Imel Rosalin seorang pianis jazz lulusan arsitektur ITB. Tak lupa di akhir sesi Pak Bana berpesan agar band-band jazz yang tumbuh dari unit2 untuk bermain bersama, dan ajakan untuk lebih sering mendengarkan jazz.
Setelah Pak Bana member penjelasan dan wejangan, MC memanggil seorang penonton, yakni Erwin anak Arsitektur. Beliau berkata kalau beliau merasa bersalah karena tidak meneruskan usaha para pelopor jazz ITB yang berasal dari Arsitektur ITB.
Sesi kedua : Sejarah pertunjukkan Jazz di ITB dan organisasi Jazz kampus
Pembicara pada sesi kedua ini adalah Mas Niman dan Pak Bana. Bagaimana dulu sebelum terbentuknya après, ada organisasi di luar PR 3 alias komunitas yakni Klub Jazz ITB yang sering mengadakan pertunjukkan jazz dan berambisi untuk melaksanakan festival jazz di ITB. Oleh karena itu setelah mengadakan Ganesha Jazz Event yang pertama pada tahun 92, mereka lalu bertransformasi menjadi unit après itb yang juga digerakkan oleh Pak Dib. Mas Niman pun mengatakan bahwa dahulu GJE menjadi ajang lahirnya musisi2 jazz ternama tanah air yang sekarang telah menjadi legenda. Mereka pun mengatakn bahwa jazz yang lahir di kampus lebih banyak ragamnya dan memiliki kreativitas yang tinggi karena intelektualitas mahasiswa yang bermain jazz disini ikut meng-influence music jazz yang mereka mainkan. Pak Bana pun berpesan bahwa ITJazz adalah momen yang tepat untuk kembali membangkitkan Jazz di ITB, dan ajakan kepada semua untuk masuk ke dalam ITJazz dan bermain music di sana.
Sesi 3 : Pendapat Mas Riza Arshad
Sebelum 4 Am Quartet bermain, MC mewawancarai Mas Riza Arshad, Alumni DKV ITB yang telah menjadi musisi jazz ternama tanah air. Menurut beliau jazz di ITB payah, karena sequencenya timbul tenggelam. Padahal, munurut beliau, ITB adalah pelopor jazz di kampus, bahkan lebih dulu daripada JGTC yang diadakan oleh UI. Beliau menginginkan jazz itb untuk terus konsisten, jangan hit & run. Dan titipan terakhir dari Mas Riza, agar ITJazz terus beregenerasi, jangan sampai ketika para aktivisnya pergi, generasi jazz di ITB terputus.
Sabtu, 26 April 2008
Reportase ITJazz Live Music 2
Akhirnya ITJazz Live Music 2 berhasil digelar dengan sukses, walaupun tidak lepas dari cacat. Ya namanya juga belajar, kalo ga ada salah ya gak belajar.
Reportase ini berkisar soal acara Live Music aja, dan gak ngomongin tentang Sarasehannya, persiapan atau pasca acara...
ITJazz Live Music 2 dibuka oleh MC Ay dan Hasna. Acara terlambat sekitar 1 jam, dikarenakan settingan ampli dkk serta speaker yang ribet.
Live Music Dimulai dengan Penampilan Tesla dan Bayu Kristanto, yang membawakan 1 buah lagu dari Al Di Meola feat. Chick Corea yakni "Short Tales of the Black Forest". Lalu dilanjutkan dengan penampilan Bye Bye. Bye Bye yang dimotori oleh Bayu Pratomo (gitar) dan Bayu Kristanto (keyboard), serta didukung oleh Mika (gitar), Junot (drum) dan Adieb (bass) tampil dengan membawakan lagu "The Passion That Haunts Me" karya Bayu Pratomo dan "Agua De Beber" karya Antonio Carlos Jobim. Penampilan yang lumayan rapih pada lagu pertama, tetapi mereka mulai kedodoran di lagu kedua, lebih banyak disebabkan oleh Kecapaian dan ampli gitar yang nyala-mati.
Lalu Mahesa mengisi penampilan kedua. Band asal SMA 2 panduan Pak Wing ini mendapat dukungan dari Gega, musisi muda Jazz Bandung pada Bass. Walaupun semua anggota band kecuali Gega adalah anak SMA, mereka bermain dengan sangat rapih !!! Mereka membawakan lagu "Au Privave" karya Charlie Parker, lagu jazz standard "Summertime" dan lagu Earth Wind And Fire "Getaway"
Penampilan ke3 adalah Rendezvous yang terdiri dari Yopie (keyboard), Attar (gitar), Sandhy (Bass) dan Zani (percussion). Penampilan mereka cukup unik, karena selain tampil dengan format akustik, mereka membawa dupa, dan Zani memainkan Cahoon, sebuah alat musik yang berbentuk kotak, kalau sekilas tampak seperti kotak kiriman TIKI JNE. Mereka tampil membawakan "Spain" karya Chick Corea, dan dua lagu sendiri, yakni "For Yours Lovingly" dan "Tembang Katresna".
Setelah Itu tampillah Dayat Le Gateau yang dimotori gitaris berbakat asal Purwakarta, Andri Aditya Hidayat. Mereka membawakan dua buah lagu, satu lagu karya sendiri dan satu lagu Syaharani, "Tersiksa Lagi".
Yang main sebelum bintang tamu utama adalah duet gitar, Pak Krishnan Muhammad dan Tesla Manaf. Mereka berdua memainkan lagu dari Al DI Meola dan John McLaughlin. Benar-benar perpaduan yang sungguh indah. Pak Krishnan memainkan gitar dengan kalem, dan Tesla dengan efek2 gitar anehnya. Pada lagi kedua terjadi kejutan yang luar biasa. Pak Krishnan memainkan gitar MIDI, yang berbentuk seperti mainan. dari gitar tersebut keluar suara2 seperti strings, drum dan bahkan suara keyboard. Sungguh penampilan yang luar biasa.
Yang paling pamungkas adalah penampilan terakhir !! 4 AM Quartet Featuring Bang Riza Arshad !! mereka memainkan 5 buah lagu, dengan memperkosa masterpiece dari Led Zeppelin "Black Dog" dan "Enter Sandman" dari Metallica. Duel Keyboard antara Sony Akbar dan Bang Riza Arshad memang sangat menyayat hati. Apalagi ketika Edward Prasetya memperkosa gitar Ephipone ES-355nya... penonton dibikin takut !! Tak lupa permainan indah dari Chaka dan Edo di bass dan drum membuat malam itu makin mencekam !!!
nantikan lanjutannya dalam saresehan ITJazz Live Music 2
Reportase ini berkisar soal acara Live Music aja, dan gak ngomongin tentang Sarasehannya, persiapan atau pasca acara...
ITJazz Live Music 2 dibuka oleh MC Ay dan Hasna. Acara terlambat sekitar 1 jam, dikarenakan settingan ampli dkk serta speaker yang ribet.
Live Music Dimulai dengan Penampilan Tesla dan Bayu Kristanto, yang membawakan 1 buah lagu dari Al Di Meola feat. Chick Corea yakni "Short Tales of the Black Forest". Lalu dilanjutkan dengan penampilan Bye Bye. Bye Bye yang dimotori oleh Bayu Pratomo (gitar) dan Bayu Kristanto (keyboard), serta didukung oleh Mika (gitar), Junot (drum) dan Adieb (bass) tampil dengan membawakan lagu "The Passion That Haunts Me" karya Bayu Pratomo dan "Agua De Beber" karya Antonio Carlos Jobim. Penampilan yang lumayan rapih pada lagu pertama, tetapi mereka mulai kedodoran di lagu kedua, lebih banyak disebabkan oleh Kecapaian dan ampli gitar yang nyala-mati.
Lalu Mahesa mengisi penampilan kedua. Band asal SMA 2 panduan Pak Wing ini mendapat dukungan dari Gega, musisi muda Jazz Bandung pada Bass. Walaupun semua anggota band kecuali Gega adalah anak SMA, mereka bermain dengan sangat rapih !!! Mereka membawakan lagu "Au Privave" karya Charlie Parker, lagu jazz standard "Summertime" dan lagu Earth Wind And Fire "Getaway"
Penampilan ke3 adalah Rendezvous yang terdiri dari Yopie (keyboard), Attar (gitar), Sandhy (Bass) dan Zani (percussion). Penampilan mereka cukup unik, karena selain tampil dengan format akustik, mereka membawa dupa, dan Zani memainkan Cahoon, sebuah alat musik yang berbentuk kotak, kalau sekilas tampak seperti kotak kiriman TIKI JNE. Mereka tampil membawakan "Spain" karya Chick Corea, dan dua lagu sendiri, yakni "For Yours Lovingly" dan "Tembang Katresna".
Setelah Itu tampillah Dayat Le Gateau yang dimotori gitaris berbakat asal Purwakarta, Andri Aditya Hidayat. Mereka membawakan dua buah lagu, satu lagu karya sendiri dan satu lagu Syaharani, "Tersiksa Lagi".
Yang main sebelum bintang tamu utama adalah duet gitar, Pak Krishnan Muhammad dan Tesla Manaf. Mereka berdua memainkan lagu dari Al DI Meola dan John McLaughlin. Benar-benar perpaduan yang sungguh indah. Pak Krishnan memainkan gitar dengan kalem, dan Tesla dengan efek2 gitar anehnya. Pada lagi kedua terjadi kejutan yang luar biasa. Pak Krishnan memainkan gitar MIDI, yang berbentuk seperti mainan. dari gitar tersebut keluar suara2 seperti strings, drum dan bahkan suara keyboard. Sungguh penampilan yang luar biasa.
Yang paling pamungkas adalah penampilan terakhir !! 4 AM Quartet Featuring Bang Riza Arshad !! mereka memainkan 5 buah lagu, dengan memperkosa masterpiece dari Led Zeppelin "Black Dog" dan "Enter Sandman" dari Metallica. Duel Keyboard antara Sony Akbar dan Bang Riza Arshad memang sangat menyayat hati. Apalagi ketika Edward Prasetya memperkosa gitar Ephipone ES-355nya... penonton dibikin takut !! Tak lupa permainan indah dari Chaka dan Edo di bass dan drum membuat malam itu makin mencekam !!!
nantikan lanjutannya dalam saresehan ITJazz Live Music 2
Rabu, 23 April 2008
Senin, 21 April 2008
ITJazz What Is Jazz
ITJAZZ 30 November 2007
SEBELUMNYA
Awal November 2007, penulis menerima tawaran Agus Basuni dari wartajazz.com untuk menjadi narasumber pada acara Jazz Dialogue yang akan diselenggarakan di The Cellar pada hari Jumat tanggal 16 November. Acara yang diselenggarakan dalam rangkaian pra acara JakJazz 2007 ini juga akan menampilkan Imel Rosalin, seorang pianis dan vokalis jazz handal kota Bandung, serta Nazar Noe’man, pemilik setasiun radio KLCBS. Tema yang akan diusung adalah What Is Jazz? Acaranya sendiri berlangsung cukup sukses, dalam artian uraian para narasumber dapat sedikit memberikan pengertian lebih jauh tentang apa itu musik jazz.
Sesungguhnya pada hari dan waktu yang bersamaan penulis telah menyanggupi untuk hadir di lingkungan kampus ITB, di mana komunitas jazz setempat; ITJazz, tengah menggelar acara pertunjukan musik jazz sederhana yang diikuti oleh beberapa kelompok yang anggotanya ada di antaranya merupakan mahasiswa ITB. ITJazz adalah usaha sekelompok kecil mahasiswa ITB, baik S1 maupun S2, yang dimotori oleh Prasandhya, seorang anggota aktif KlabJazz sekaligus pemetik bass kelompok jazz asal ITB Sekapur Sirih, yang bertujuan untuk menghimpun para peminat musik jazz di lingkungan kampus ITB, baik itu para mahasiswa, para aktivis akademika maupun para alumni. Hari Jumat sore dipilih sebagai waktu pertemuan berkala setiap minggunya. Tempat yang digunakan adalah sebuah ruang publik bernama “Kantin Bengkok”.
Pertemuan ITJazz minggu berikutnya yang juga dikunjungi penulis, penulis lemparkan ide untuk menyelenggarakan ulang dialog jazz What Is Jazz? Penulis menawarkan diri untuk menjadi pembicara sekaligus mengusahakan kehadiran Imel Rosalin, salah seorang pembicara pada acara Jazz Dialogue di atas, yang juga kebetulan seorang alumnus Arsitektur 1989.
Walau pada awalnya teman-teman di ITJazz agak terkesan ragu-ragu perihal kesiapan mereka dalam penyelenggaraannya, akhirnya disepakati acara ITJazz untuk hari Jumat 30 November 2007 akan menampilkan diskusi jazz What Is Jazz? Bersama narasumber Imel Rosalin dan penulis sendiri. Terlebih lagi setelah penulis memperoleh konfirmasi akan kesediaan dari Imel Rosalin.
Kedekatan penulis dengan Om Yong, seorang veteran pianis jazz pendukung gigih keberadaan KlabJazz, yang juga penyiar acara Warung Kopi Jazz di Radio Mara, berujung pada perolehan waktu temu wicara untuk ITJazz di acara tersebut pada hari Minggu pukul 22.00 hingga 23.00. Dari ITJazz hadir Sandhy, Shendi dan Bayu. Sebagai pendamping Om Yong pada acara siaran reguler jazz tersebut hadir juga Pak Bana Kartasasmita, peminat/pengamat jazz senior yang juga merupakan para kawan-kawan dari Penasihat KlabJazz pertama, almarhum Sudibyo Pr. Secara kebetulan Pak Bana ini pun bukan saja alumni ITB, melainkan juga mantan petinggi ITB (Pembantu Rektor) di masa lampau. Pak Bana sempat memberikan kesediaannya untuk hadir di acara What Is Jazz?, walau sehari sebelum hari penyelenggaraan, karena panggilan tugas ke luar kota, Pak Bana tidak bisa hadir.
PADA HARINYA
Penulis telah siap di Kantin Bengkok pada pukul 15.10, sambil membawa tiga buah banner tokoh jazz nasional, Jack Lesmana, Eddy Karamoy dan Sudibyo PR. Yang terakhir ini pada masa hidupnya dikenal sebagai pengamat, pemerhati jazz nasional, serta tokoh kunci yang mendorong berdirinya KlabJazz di pertengahan tahun 2004.
Saat itu belum terlihat teman-teman dari ITJazz yang penulis kenal. Tidak lama kemudian Kemal/Mika?, disusul Bayu pun hadir sambil membawa perlengkapan kursi-kursi lipat dan perelengkapan tata suara sederhana. Telepon dari Imel pun mengkorfimasi kehadirannya. Karena kendaraan pribadi yang tidak memiliki stiker identitas tidak diperkenankan masuk areal kampus, penulis pun akhirnya menjemput Imel di areal parkir Fakultas Seni Rupa & Desain. Imel tampak kuyu. Mungkin karena menangkap pandangan penulis, tanpa ditanya Imel menerangkan bahwa sejak kembali dari Jakarta sehari sebelumnya waktunya benar-benar begitu ketat; malamnya ada jadwal latihan bersama Rudy Aru, dan paginya harus tampil bermain di acara pernikahan salah seorang anggota dari keluarga besarnya dari suku Batak.
Untuk acara ini penulis telah menyiapkan secara khusus rangkaian rekaman mp3 (sebanyak 60an) untuk digunakan sebagai ilustrasi musik melengkapi uraian sejarah musik jazz. Mp3 yang disiapkan telah disusun secara runtut sesuai dengan era kelahiran ragam aliran yang memperkaya “pohon” jazz hingga saat ini. Mulai dari “The Entertainer”nya karya Scott Joplin hingga “Long Gone Tutu” dari album bersama Goerge Benson dan Al Jarreau.
Setelah Sandhy hadir dengan perangkat laptop dan mixer rekaman, pukul 16.120, diiringi siraman hujan yang cukup deras yang nyaris menutup suara p.a. system, acara pun dimulai. Diawali dengan pembukaan oleh Sandhy sebagai Sang Koordinator ITJazz, penulis mulai menguraikan sejarah jazz; Afrika Barat, daratan Amerika Utara, kulit putih, perbudakan kulit hitam, creole, New Orleans, bordil, professor ragtime, blues delta Mississippi, gospel, swing, big band, bebop, perlawanan pemusik yang jenuh dengan aliran lama yang dianggap stagnan, cool jazz, Brasil, bossanova, hardbop, jazzrock fusion, fusion, fusion pop, smoothjazz, acid jazz, jazz groove, nu jazz, pohon jazz dll. Beberapa mp3 yang sempat diputar selain yang telah disebutkan di atas di antaranya; “Strut That Thing” dari Cripple Clarence Lotton dan “Crow Jane” dari Carl Martin (untuk musik blues), “Anything Goes” dari Count Basi Orch. Feat Tony Bennett (swing/bigband), “Ah-Leu-Cha” dari Miles Davis dan “Giant Step” dari John Coltrane (bebop), “Time On My Hands (You In My Arms)” dari Chet Baker (cool jazz), “The Girls From Ipanema” dari Stan Getz/Joao Gilberto (bossanova) dan “Carnaval” dari Lisa Ono (bossanova era modern), “Spanish Key” dari Miles Davis (jazzrock fusion), “Electric City” Chick Corea’s Elektik Band (fusion), “Time Is Moving On” dari Donald Byrd with Guru and Ronny Jordan (acid jazz), “Überjam” dari John Scofield Band (jazz groove), dan beberapa rekaman masa kini dari Dee Dee Bridgewater dan George Benson & Al Jarreau. Tanpa sadar penulis bicara hampir menyita waktu 60 menit. Walau hujan telah berhenti, namun hari telah terasa begitu cepat karena kegelapan hampir menerpa Kantin Bengkok yang memang tidak memiliki penerangan. Beberapa lampu dinding tampak menghiasi 6 buah pilar yang ada, namun untuk menghidupkannya konon perlu ijin tertulis khusus untuk itu (beberapa bulan terakhir ini suasana kampus ITB lepas Maghrib memang gelap mencengkam, menyusul kebijakan rektorat yang mengurangi lampu penerangan kampus di waktu malam demi “penghematan”).
Imel Rosalin mencoba mengurai jazz dari sudut unsur-unsur/elemennya; phrasing/sound, aransemen, melody (horizontal), harmony (vertikal), blue notes/blues, swing, rhythm Afrika dan improvisasi. Pengalaman bermain Imel Rosalin yang penurut pengakuannya baru bermain jazz di tahun 2002 ternyata cukup memperkaya uraian-uraian yang agak sedikit ilmiah tersebut. Saat sampai menceritakan elemen swing, Imel menceritakan betapa ia sempat “mengkarantina” telinganya dari musik-musik lain selain jazz. Hal tersebut dilakukan dalam upaya “meraih” kemampuan menangkap esensi dari apa yang disebut “swing”. Hal mana bagi orang Amerika keturunan Afrika telah mengendap dalam diri mereka secara “otomatis” sejak lahir.
Sebelum diakhiri, Sandhy sempat memberikan kesempatan seorang pengunjung untuk bertanya.
SEBELUMNYA
Awal November 2007, penulis menerima tawaran Agus Basuni dari wartajazz.com untuk menjadi narasumber pada acara Jazz Dialogue yang akan diselenggarakan di The Cellar pada hari Jumat tanggal 16 November. Acara yang diselenggarakan dalam rangkaian pra acara JakJazz 2007 ini juga akan menampilkan Imel Rosalin, seorang pianis dan vokalis jazz handal kota Bandung, serta Nazar Noe’man, pemilik setasiun radio KLCBS. Tema yang akan diusung adalah What Is Jazz? Acaranya sendiri berlangsung cukup sukses, dalam artian uraian para narasumber dapat sedikit memberikan pengertian lebih jauh tentang apa itu musik jazz.
Sesungguhnya pada hari dan waktu yang bersamaan penulis telah menyanggupi untuk hadir di lingkungan kampus ITB, di mana komunitas jazz setempat; ITJazz, tengah menggelar acara pertunjukan musik jazz sederhana yang diikuti oleh beberapa kelompok yang anggotanya ada di antaranya merupakan mahasiswa ITB. ITJazz adalah usaha sekelompok kecil mahasiswa ITB, baik S1 maupun S2, yang dimotori oleh Prasandhya, seorang anggota aktif KlabJazz sekaligus pemetik bass kelompok jazz asal ITB Sekapur Sirih, yang bertujuan untuk menghimpun para peminat musik jazz di lingkungan kampus ITB, baik itu para mahasiswa, para aktivis akademika maupun para alumni. Hari Jumat sore dipilih sebagai waktu pertemuan berkala setiap minggunya. Tempat yang digunakan adalah sebuah ruang publik bernama “Kantin Bengkok”.
Pertemuan ITJazz minggu berikutnya yang juga dikunjungi penulis, penulis lemparkan ide untuk menyelenggarakan ulang dialog jazz What Is Jazz? Penulis menawarkan diri untuk menjadi pembicara sekaligus mengusahakan kehadiran Imel Rosalin, salah seorang pembicara pada acara Jazz Dialogue di atas, yang juga kebetulan seorang alumnus Arsitektur 1989.
Walau pada awalnya teman-teman di ITJazz agak terkesan ragu-ragu perihal kesiapan mereka dalam penyelenggaraannya, akhirnya disepakati acara ITJazz untuk hari Jumat 30 November 2007 akan menampilkan diskusi jazz What Is Jazz? Bersama narasumber Imel Rosalin dan penulis sendiri. Terlebih lagi setelah penulis memperoleh konfirmasi akan kesediaan dari Imel Rosalin.
Kedekatan penulis dengan Om Yong, seorang veteran pianis jazz pendukung gigih keberadaan KlabJazz, yang juga penyiar acara Warung Kopi Jazz di Radio Mara, berujung pada perolehan waktu temu wicara untuk ITJazz di acara tersebut pada hari Minggu pukul 22.00 hingga 23.00. Dari ITJazz hadir Sandhy, Shendi dan Bayu. Sebagai pendamping Om Yong pada acara siaran reguler jazz tersebut hadir juga Pak Bana Kartasasmita, peminat/pengamat jazz senior yang juga merupakan para kawan-kawan dari Penasihat KlabJazz pertama, almarhum Sudibyo Pr. Secara kebetulan Pak Bana ini pun bukan saja alumni ITB, melainkan juga mantan petinggi ITB (Pembantu Rektor) di masa lampau. Pak Bana sempat memberikan kesediaannya untuk hadir di acara What Is Jazz?, walau sehari sebelum hari penyelenggaraan, karena panggilan tugas ke luar kota, Pak Bana tidak bisa hadir.
PADA HARINYA
Penulis telah siap di Kantin Bengkok pada pukul 15.10, sambil membawa tiga buah banner tokoh jazz nasional, Jack Lesmana, Eddy Karamoy dan Sudibyo PR. Yang terakhir ini pada masa hidupnya dikenal sebagai pengamat, pemerhati jazz nasional, serta tokoh kunci yang mendorong berdirinya KlabJazz di pertengahan tahun 2004.
Saat itu belum terlihat teman-teman dari ITJazz yang penulis kenal. Tidak lama kemudian Kemal/Mika?, disusul Bayu pun hadir sambil membawa perlengkapan kursi-kursi lipat dan perelengkapan tata suara sederhana. Telepon dari Imel pun mengkorfimasi kehadirannya. Karena kendaraan pribadi yang tidak memiliki stiker identitas tidak diperkenankan masuk areal kampus, penulis pun akhirnya menjemput Imel di areal parkir Fakultas Seni Rupa & Desain. Imel tampak kuyu. Mungkin karena menangkap pandangan penulis, tanpa ditanya Imel menerangkan bahwa sejak kembali dari Jakarta sehari sebelumnya waktunya benar-benar begitu ketat; malamnya ada jadwal latihan bersama Rudy Aru, dan paginya harus tampil bermain di acara pernikahan salah seorang anggota dari keluarga besarnya dari suku Batak.
Untuk acara ini penulis telah menyiapkan secara khusus rangkaian rekaman mp3 (sebanyak 60an) untuk digunakan sebagai ilustrasi musik melengkapi uraian sejarah musik jazz. Mp3 yang disiapkan telah disusun secara runtut sesuai dengan era kelahiran ragam aliran yang memperkaya “pohon” jazz hingga saat ini. Mulai dari “The Entertainer”nya karya Scott Joplin hingga “Long Gone Tutu” dari album bersama Goerge Benson dan Al Jarreau.
Setelah Sandhy hadir dengan perangkat laptop dan mixer rekaman, pukul 16.120, diiringi siraman hujan yang cukup deras yang nyaris menutup suara p.a. system, acara pun dimulai. Diawali dengan pembukaan oleh Sandhy sebagai Sang Koordinator ITJazz, penulis mulai menguraikan sejarah jazz; Afrika Barat, daratan Amerika Utara, kulit putih, perbudakan kulit hitam, creole, New Orleans, bordil, professor ragtime, blues delta Mississippi, gospel, swing, big band, bebop, perlawanan pemusik yang jenuh dengan aliran lama yang dianggap stagnan, cool jazz, Brasil, bossanova, hardbop, jazzrock fusion, fusion, fusion pop, smoothjazz, acid jazz, jazz groove, nu jazz, pohon jazz dll. Beberapa mp3 yang sempat diputar selain yang telah disebutkan di atas di antaranya; “Strut That Thing” dari Cripple Clarence Lotton dan “Crow Jane” dari Carl Martin (untuk musik blues), “Anything Goes” dari Count Basi Orch. Feat Tony Bennett (swing/bigband), “Ah-Leu-Cha” dari Miles Davis dan “Giant Step” dari John Coltrane (bebop), “Time On My Hands (You In My Arms)” dari Chet Baker (cool jazz), “The Girls From Ipanema” dari Stan Getz/Joao Gilberto (bossanova) dan “Carnaval” dari Lisa Ono (bossanova era modern), “Spanish Key” dari Miles Davis (jazzrock fusion), “Electric City” Chick Corea’s Elektik Band (fusion), “Time Is Moving On” dari Donald Byrd with Guru and Ronny Jordan (acid jazz), “Überjam” dari John Scofield Band (jazz groove), dan beberapa rekaman masa kini dari Dee Dee Bridgewater dan George Benson & Al Jarreau. Tanpa sadar penulis bicara hampir menyita waktu 60 menit. Walau hujan telah berhenti, namun hari telah terasa begitu cepat karena kegelapan hampir menerpa Kantin Bengkok yang memang tidak memiliki penerangan. Beberapa lampu dinding tampak menghiasi 6 buah pilar yang ada, namun untuk menghidupkannya konon perlu ijin tertulis khusus untuk itu (beberapa bulan terakhir ini suasana kampus ITB lepas Maghrib memang gelap mencengkam, menyusul kebijakan rektorat yang mengurangi lampu penerangan kampus di waktu malam demi “penghematan”).
Imel Rosalin mencoba mengurai jazz dari sudut unsur-unsur/elemennya; phrasing/sound, aransemen, melody (horizontal), harmony (vertikal), blue notes/blues, swing, rhythm Afrika dan improvisasi. Pengalaman bermain Imel Rosalin yang penurut pengakuannya baru bermain jazz di tahun 2002 ternyata cukup memperkaya uraian-uraian yang agak sedikit ilmiah tersebut. Saat sampai menceritakan elemen swing, Imel menceritakan betapa ia sempat “mengkarantina” telinganya dari musik-musik lain selain jazz. Hal tersebut dilakukan dalam upaya “meraih” kemampuan menangkap esensi dari apa yang disebut “swing”. Hal mana bagi orang Amerika keturunan Afrika telah mengendap dalam diri mereka secara “otomatis” sejak lahir.
Sebelum diakhiri, Sandhy sempat memberikan kesempatan seorang pengunjung untuk bertanya.
Langganan:
Postingan (Atom)